Sabtu, 26 September 2009

Bersafari ke Taman Safari

Bersafari ke Taman Safari

04/09/2009 Bulan puasa hari ini diiringi hawa yang sangat panas kini serasa nyaman selepas ujian akhir semester genap. Hari jum’at yang seharusnya diisi dengan memperbanyak amaliyah lantas terlupakan karena tergoda ingin mengikuti perjalanan perpisahan dengan beberapa teman di kelas 2K. Perjalanan yang direncanakan sejak awal menuju ke dua tempat utama; Taman Safari dan Bandung itu membekaskan banyak kenangan. Kami bertujuh; Saya, Tiara, Diana, Ardy,  Ronald Lambok, Geryen, dan tak ketinggalan si Ahmad Fajri Harahap teman kosku sekaligus teman sekelasku.

Pagi buta (jam 06.00) dengan terburu-buru, saya dan Si Fajri mempersiapkan segalanya untuk keberangkatan, ternyata setibanya di tempat mobil siap diberangkatkan, sebagian teman masih saja terlambat. Apalagi Si Ardy yang baru dibangunkan dari pembaringannya harus ditunggu sekian lama hanya untuk mandi dan bersiap-siap. Sembari buang air di samping Gereja depan PJMI itu, kami menunggu pula kehadiran Sang Raja Gultom (si lambok). Namun, barulah setelah waktu menunjukkan jam tujuh lebih, kami bisa berangkat bersama ditemani supir mobilnya Tiara yang sangat kalem dan masih muda.

Awalnya, saya kira perjalanan tersebut sudah terencana dengan baik. Si Gultom yang dipercaya sebagai pemandu alur perjalanan ternyata belum paham betul jalur cepat ke Taman Safari. Hal itu tersirat saat mobil keluar tol melalui tol baranangsiang. Ada-ada saja. Seharusnya mobil keluar tol jagorawi dilakukan di pintu tol puncak. Ia tidak yakin Taman Safari berada setelah pintu tol itu apa sebelumnya. Akhirnya saya menjelaskan letak Taman Safari itu karena bulan itu sudah tiga kali saya bolak-balik Puncak dengan menggunakan Sepeda Motor. Meskipun begitu, saya memutuskan supaya mobil tetap melewati jalur umum saja dari Baranang siang – Ciawi – Puncak agar saya bisa melihat-lihat kondisi Bogor saat itu.

Selama perjalanan, saya dibuat pusing dengan kelakuan teman-teman yang terus bercanda. Lagi-lagi chaka, chaka, dan chaka. Saat itu saya tidak mengetahui Film the World of Lost sehingga selama awal perjalanan saya hanya bisa bertanya-tanya tentang chaka, sementara teman-teman sedang tertawa dengan kerasnya. Tak hanya itu, gaya khas tawa si Fajri dan Diana membuat suasana tambah gaduh.

Menuju pintu masuk Taman Safari, kami menjumpai para pedagang Wortel. Saya heran, begitu banyak pedagangnya kok ya mau bersaing satu sama lain dengan menjual produk yang sama. Karena ketidaktahuan kami, kami tak berminat untuk membelinya. Dan baru kami sadari setelah beberapa saat, ternyata wortel-wortel itu sebagai makanan untuk hewan-hewan yang mengiringi kita hingga pintu masuk/loket Taman Safari. Dan yang lebih mengagetkan ternyata jarak antara pintu masuk dari Jalan Utama ke Taman Safari begitu jauh, 11 km lebih.

Menuju ke Pintu safari, kami menjumpai banyak hewan diantaranya:
  • Zebra dan Gajah
  • Buaya,
  • Kuda Nil,
  • Llama
  • Burung Onta
  • Kasuari
  • Banteng
  • Orang Utan
  • Beruang madu
  • Anoa
  • Kambing gunung
  • Jerapah
  • Rusa
  • Badak
  • Kasuari dan Merak
  • Bison Eropa, dan masih banyak lagi
Sebelum memasuki Taman safari, kami memasuki zona binatang kucing-kucingan mulai dari macan tutul, cheetah, singa, hingga harimau.

Sesampainya kami di pintu loket, ternyata pintu Safari baru dibuka jam 09.00, masih seperempat jam lagi. Akhirnya, sambil menunggu, kami meluapkan kenarsisan di depan loket. Patung suku dayak dan rumah adatnya pun tak luput jadi sasaran kami. Di depan pintu loket, kami bergaya dan benar-benar gila, tak ada habisnya request, “Fotoin dong, fotoin dong..Nan.” Untungnya saya tidak ketinggalan dipotret pula.

Pintu tol dibuka, masing-masing dari kami kemudian merogoh kocek untuk memasuki Taman Safari. Ya ampun, harganya Rp60.000 per orang, itu belum termasuk Rp15.000 untuk memperbolehkan mobil masuk. Jumlah yang lumayan besar untuk ukuran seorang Khanan. Meskipun begitu, kami pun tetap menyusuri jalan hingga mobil diparkirkan di bagian bawah atau di lapangan parkir A. Akhirnya karena bingung, kami pun beranjak naik ke lapangan parkir atas. Di bagian atas kami memasuki zona-zona binatang dengan penataan yang sangat indah. Mulai dari zona Reptil, zona pertunjukkan burung, dan buaya.

Saat itu di zona burung, burung-burung sedang dilatih, kami yang ingin menonton, disuruh agak menjauh supaya tidak digigit burung-burung itu. Suasana di dalam taman safari benar-benar sepi dan hampir tidak ada orang lain selain kami dan petugas di sana. Mungkin karena saat itu masih hari kerja ditambah hari jumat, siang pula.

Sementara Para pekerja sedang memperbaiki Niagara-gara disana dan teman-teman sedang beristirahat, saya melihat masjid di sana. Saya sempatkan untuk sholat dhuha disana meski cuma dua rakaat. Airnya dingin tapi menyegarkan. Tak apalah, yang jelas saat itu saya baru pernah melihat sarung bercorak militer TNI. Sarung yang sangat bagus.

Kami memasuki zona Penguin, disana kami dapat melihat penguin dari dalam rumah yang mirip rumah igo-nya orang Eskimo. Penguin-penguin itu sangat jago berenang. Tapi sayang, susah sekali kami potret karena penguin-penguin itu berenang sangat cepat.

Nampaknya, tujuan kami berujung pada keinginan Tiara untuk memasuki Baby Zoo. Dan ternyata bukan hanya bayi binatang kucing-kucingan, yang berukuran besar ternyata juga ada. Saat itu aku bingung, ingin berpose bersama Harimau, Cheetah, anak singa, atau yang lain. Akhirnya saya jatuh hati dengan seekor harimau putih (HP) yang besar. Maka, aku berpose dengannya. Satu kali kesempatan berpose, Rp 10.000. Lumayan lah, setimpal dengan pengalaman tersebut. Namun, ada hawa yang aneh memasuki kandang HP itu. Petugas yang bertugas menjinakkan si HP membaca Wirid-wirid dan ayat Qur’an! Yang saya takutkan, kalau-kalau si petugas itu berhenti membacanya, si HP menjadi tak terkendali lagi. Hmmh.. Untungnya tidak terjadi apa-apa. Tapi entah kenapa, saat bersama si HP saya tidak merasakan ketakutan. Malahan, justru Tiara dan teman-teman yang merasa ketakutan apalagi saat si HP berdehem. Suara yang cukup keras untuk seekor hewan yang berdehem. Setelah saya katakan saya merasa biasa saja saat bersama si HP, Tiara justru tertarik untuk berpose dengan seekor macan tutul. Macan yang berat sekali katanya. Tak hanya itu, ia dan Geryen serta si Lambok, mencoba berpose dengan si Imut anak singa. Mereka bertiga seperti keluarga yang bahagia. Benar-benar…

Selepas dari situ, saya melihat replika Taj Mahal yang bagus. Saya juga melihat seekor orang hutan yang begitu besar lalu berayun-ayun dengan rambutnya yang panjang seperti seorang penyanyi reggae dengan rambut gimbal yang bergoyang-goyang, Lucu sekali. Selanjutnya, kami beralih ke zona burung yang lebih besar. Benar-benar zona dengan design yang bagus. Disana ada Burung pelican, kakak tua, Elang, burung hantu, dan masih banyak lagi burung-burung unik yang saya temui. Akhirnya kami selesai bersafari, sambil menunggu mobil siap, saya berpose di depan gajah-gajah tunggangan itu. Maklum, karena tidak sempat kami tunggangi.

Benar-benar luas Taman safari, sampai-sampai saya dan teman-teman tidak sempat menjelajahi semuanya, apalagi menonton pertunjukan binatangnya. Kami pun keluar dari sana dengan perasaan yang takjub melihat kebesaran Ilahi. Kami pun melanjutkan perjalanan ke Bandung dan lagi-lagi tak lupa dengan canda ala CHAKA!!! Hidup Chaka!!!…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar